FILSAFAT TIMUR (ISLAM)
TOKOH-TOKOH FILSAFAT TIMUR
(ISLAM)
1.
MULLA SHADRA
a. Profil
Dan Latar Belakang Mulla Shadra
Shadr al-din Muhammad ibn Ibrahim
ibn yahya qawami al syirazi atau yang lebih di kenal dengan mulla shadra,
dilahirkan di siraz pada tahun 1572 M. pendidikan dasarnya di jalani di kota
nya dalam bidang al quran, hadist, bahasa arab dan bahasa Persia. Kemudian
dilanjutkan di Isfahan sebuah kota pusat studi yang penting pada masa itu.
Beliau berguru kepada baha’ al din al amili pada tahun 1622 M. beliau pernah
melaksanakan ibadah haji dengan berjalan kaki sebanyak 7 kali wafat di basrah
sekembalinya dari menunaikan ibadah haji pada tahun 1641 M.
b. Karya-Karya
Mulla Shadra
Sumbangan filsafat mulla shadra
diantaranya al suhrawadi, hikmah Al isyraq Al abhari Al hiadayah fi al hikmah,
dan ibnu sina, Al syifa bersanding dengan risalah tentang organization resurrection
(awal penciptaan dan hari akhir), dan beberapa makalah singkat nya dalam tema
serupa. Filsafat yang berpengaruh adalah Al Masya’ir (keprihatinan) Asnam Al
jahiliyah (menghancurkan arca-arca peganisme). Dan hikmah transedental yang
lebih di kenal sebagai “empat pengembaran” atau (Al Asfar Al Arba’ah).
c. Filsafah
Mulla Shadra
Dalam bagian
pendahuluan kitab Al-Asfar, Mulla Shadra menyesalkan sikap berpaling masyarakat
Muslim dari studi filsafat. Padahal, prinsip-prinsip filsafat yang dipadukan
dengan kebenaran wahyu Nabi adalah cermin nilai kebenaran tertinggi.
Menurutnya, keharmonisan itu menunjukkan
kebenaaran tunggal yang dibawa
oleh Adam. Dari Adam,
kebenaran ini diturunkan kepada Ibrahim, kemudian para filosof Yunani, lalu
para sufi, dan akhirnya, para filosof pada umumnya. Orang-orang Yunani,
tulisannya, semula menjadi penyembah binatang. Akan tetapi, dalam
perjalanannya, mereka mengambil filsafat dan teologi dari Ibrahim.
2.
SYEKH
MUHAMMAD ABDUH
a. Profil
Dan Latar Belakang Muhammad Abduh
Syekh Muhammad Abduh bernama
lengkap Muhammad bin Abduh bin Hasan Khairullah. Beliau dilahirkan di
desa Mahallat Nashr di Kabupaten al-Buhairah, Mesir pada 1850 M/1266 H, berasal
dari keluarga yang tidak tergolong kaya dan bukan pula keturunan bangsawan.
Muhammad Abduh hidup dalam
lingkungan keluarga petani di pedesaan. Namun demikian, ayahnya dikenal
sebagai orang terhormat yang suka memberi pertolongan. Semua saudaranya
membantu ayahnya mengelola usaha pertanian, kecuali Muhammad Abduh yang oleh ayahnya
ditugaskan untuk menuntut ilmu pengetahuan. Pilihan ini bisa jadi hanya
suatu kebetulan atau mungkin juga karena ia sangat dicintai oleh ayah dan
ibunya.
Pada tanggal 11 Juli 1905,
saat masa puncak aktivitasnya membina umat, Muhammad Abduh meninggal dunia di
Kairo, Mesir. Yang menangisi kepergiannya bukan hanya umat Islam, tetapi ikut
pula berduka di antaranya sekian banyak tokoh non-Muslim.
b.
Karya-Karya Muhammad Abduh
Tahun 1884 Muhammad Abduh diutus
oleh surat kabar tersebut ke Inggris untuk menemui tokoh-tokoh negara itu yang
bersimpati kepada rakyat Mesir. Tahun 1885 Muhammad Abduh meninggalkan Paris
menuju ke Beirut (Libanon) dan mengajar di sana sambil mengarang beberapa
kitab, antara lain:
1.
Risalah
at-Tauhid (dalam bidang teologi);
2.
Syarah
Nahjul Balaghah (Komentar menyangkut kumpulan pidato dan ucapan Imam Ali
bin Abi Thalib);
3.
Menerjemahkan
karangan Jamaluddin al-Afghani dari bahasa Persia, Ar-Raddu 'Ala
ad-Dahriyyin(Bantahan terhadap orang yang tidak mempercayai wujud Tuhan);
4.
Syarah
Maqamat Badi' az-Zaman al-Hamazani (kitab yang menyangkut bahasa dan
sastra Arab).
Selain yang telah disebutkan di
atas, selama hidupnya beliau juga melahirkan beberapa karya lain, yaitu:
1.
Tafsir
al-Qur’an al-Hakim (belum sempurna, kemudian dirampungkan oleh Rasyid
Ridha);
2.
Khasyiah
‘Ala Syarh ad-Diwani li al-‘Aqaid adh-‘Adhudhiyat;
3.
Al-Islam
wa an-Nashraniyat ma’a al-‘Ilm wa al-Madaniyat.
c. Filsafat
Muhammad Abduh
Ada dua pemikiran pokok yang
menjadi fokus utama pemikiran Muhammad Abduh, yaitu:
1. Membebaskan aqal fikiran dari
belenggu-belenggu taqlid yang menghambat perkembangan pengetahuan agama
sebagaimana haqnya salaful ummah, yakni memahami langsung dari sumber pokoknya,
Al-Qur’an dan Hadits.
2. Memperbaiki gaya bahasa Arab,
baik yang digunakan dalam percakapan resmi di kantor-kantor pemerintahan maupun
dalam tulisan-tulisan di media massa.
Dua persoalan pokok itu muncul ketika ia
meratapi perkembangan ummat Islam pada masanya. Sebagaimana dijelaskan Sayyid
Qutub, kondisi ummat Islam saat itu dapat digambarkan sebagai, “suatu
masyarakat yang beku, kaku, menutup rapat-rapat pintu ijtihad, mengabaikan
peranan aqal dalam memahami syari’at Allah atau mengistimbatkan hukum-hukum,
karena mereka telah merasa cukup dengan hasil karya para pendahulunya yang juga
hidup dalam masa kebekuan aqal (jumud), serta yang berdasarkan
khurafat-khurafat[1].”
3.
AL-KINDI (185 – 252 H / 806 – 873 M)
a.
Profil dan latar belakang Al kindi
Al-Kindi, nama lengkapnya adalah Abu
Yusuf Ya’kub ibnu Ishaq ibnu al-Shabbah ibnu ‘Imron ibnu Muhammad ibnu
al-Asy’as ibnu Qais al-Kindi. Kindah merupakan suatu nama kabilah terkemuka
pra-Islam yang merupakan cabang dari Bani Kahlan yang menetap di Yaman. Kabilah
ini pulalah yang melahirkan seorang tokoh sastrawan yang terbesar kesusasteraan
Arab, sang penyair pangeran Imr Al-Qais, yang gagal untuk memulihkan tahta
kerajaan Kindah setelah pembunuhan ayahnya.
Al-Kindi dilahirkan di Kufah sekitar
tahun 185 H dari keluarga kaya dan terhormat. Ayahnya, Ishaq ibnu Al- Shabbah,
adalah gubernur Kufah pada masa pemerintahan Al-Mahdi dan Ar-Rasyid. Al-kindi
sendiri mengalami masa pemerintahan lima khalifah Bani Abbas, yakni Al-Amin,
Al-Ma’mun, Al-Mu’tasim, Al- Wasiq, dan Al-Mutawakkil.
b.
Karya-Karya Al Kindi
Karangan-karangannya
yang terkenal ditemukan oleh seorang ahli ketimuran jeram, yaitu Hillmuth
Ritter, di perpustakaan Aya Sofia, Istambul dan terdiri dari 29 risalah.
Risalah-risalah ini membicarakan soal-soal alam dan filsafat, antara lain ke
Esaan Tuhan, akal, jiwa, filsafat pertama dan sudah diterbitkan di Mesir oleh M
Abdul Hindi Aburaidah
c.
Filsafat Al-Kindi
Menurut Al-Kindi,
filsafat ialah ilmu tentang hakekat kebenaran segala sesuatu menurut
kesanggupan manusia, yang mencakup ilmu ketuhanan, ilmu keesaan (wahdaniyyah),
ilmu keutamaan (fadhilah), semua cara meraih luas lahat dan menghindar dari
madharat. Tujuan seseorang filsafat bersifat teoritis, yaitu mengetahui
kebenaran praktis dan mewujudkan kebenaran tersebut dalam tindakan. Semakin
dekat kepada kebenaran, semakin dekan pula kepada kesempurnaan.
4.
AL-FARABI (257 – 337 H / 870 – 950 M)
a.
Profil Dan Latar Belakang Al Farabi
Nama aslinya Abu Nasr
Muhammad Bin Muhammad Bin Tharkhan, sebutan Al Faribi diambil dari nama kota
Arab. Ia dilahirkan pada tahun 257 H (870). Ayahnya adalah seorang Iran dan
menikah dengan seorang wanita Turkestan kemudian ia menjadi perwira tentara
Turkestan. Oleh karena itu, al Farabi dikatakan berasal dari Turkestan dan
kadang-kadang juga dikatakan dari keturunan Iran.
Menurut Massiqnon,
orientaslis Perancis, al Farabi adalah seorang filsafat islam pertama dengan
penuh arti kata, sebelum beliau memang al Kindi telah membuka pintu filsafat
Yunani bagi dunia islam. Akan tetapi ia tidak menciptakan sistem (madzhab)
filsafat tertentu, sebaliknya al Farabi telah menciptakan suatu sistem filsafat
yang lengkap dan memainkan peran penting dalam dunia islam, seperti peranan
yang dimiliki plotinus bagi dunia barat, begitu juga al Farabi menjadi guru
bagi Ibnu Sina, Ibnu dan filsafat-filsafat islam lain yang datang sesudahnya.
Oleh karena itu ia mendapat gelar “Guru Kedua” (Al Mu’allim Ats Tsani) sebagai
kelanjutan dari aristoteles yang mendapat gelar “Guru Pertama” (Al Mu’allim Al
Awwal).
b.
Karya-Karya Al Farabi
Di antara
karangan-karangannya adalah :
a.
Aghradhu ma ba’da
ath-thabi’ah
b.
Al-Jam’u baina Ra’yai
Al Hakimain (mempertemukan pendapat kedua filsafatm maksudnya Plato dan
Aristoteles)
c.
Tahsil as sa’adah
(mencari kebahagiaan)
d.
‘Uyun ul-Masail
(pokok-pokok persoalan)
e.
Arau ahl-il madinah al
fadhillah (pikiran-pikiran penduduk kota utama negeri utama)
f.
Il sha’u al ulum
(statistik ilmu)
Dalam buku terakhir
ini al Farabi membicarakan macam-macam ilmu (bagian-bagiannya, yaitu ilmu
bahasa, ilmu mantik, ilmu matekatika, fisika, ketuhanan, fiqih, perkotaan dan
ilmu kalam)
c.
Filsafat Al farabi
Filsafat al Farabi
sebenarnya merupakan campuran antara filsafat aristoteles dan neoplatoisme
dengan pikiran keislaman yang jelas dan corak aliran syiah imamiah. Misalnya
dalam soal etika dan politik, ia mengikuti plato dan dalam soal metafisika, ia
mengikuti plotinus, selain itu al Farabi adalah seorang filsafat sinkretisme
(pamanduan) yang percaya akan kesatuan (ketunggalan) filsafat.
Pemanduan yang
menonjol tampak jelas pada usahanya untuk mempertemukan hasil-hasil pemikiran
plato dengan pemikiran aristoteles di satu pihak dan mempertemukan hasil-hasil
pemikiran filsafat dengan wahyu di lain pihak, dengan bersenjatakan takwil
(interpetensi bathin)[2]
5.
AL-GHAZALI
a.
Profil Dan Latar Belakang
Nama lengkapnya abu
hamid Muhammad ibn Muhammad al-ghazali, ath thusi, merupakan orang Persia asli
yang dilahirkan pada tahun 450 H/1058 M di Thus (dekat Mashed) dan wafatnya di
nisbur pada tahun 505 H/1111 M dalam usia 54 tahun[3]
b.
Karya-Karya Al-Ghazali
Sulaiman dunya
menyatakan dan mencatat bahwa karya tulis imam al-ghozali mencapai kurang lebih
300 buah, meliau mengarang dari umur 25 tahun yang di antaranya :
Ø
Ilmu Kalam Dan
Filsafat
1) Maqashid Al Falasifah
2) Tahafut Al Falasifah
3) Al Iqtishad Fi Al
I’tiqad
4) Al Muqid Min Adh Dhalal
5) Maqashid Asma Fi Al Ma’ani,
Asma Al Husna
6) Faial Al Mustaqim, dll
Ø
Kelompok fiqih dan
ushu; fiqih
1) Al Basith
2) Al Wasith
3) Al Wajiz
4) Al Khulashah Al
Mukhtashar
5) Al Mustashfa
6) Al Mankul
7) Syifakh Al Alifi Qiyas
Wa Ta’lil
8) Adz Dzari’ah Ila
Makarim Al Syari’ah
Ø
Kelompok tafsir
meliputi
1) Yaqul At Ta’wil Fi
Tafsir At Tanzil
2) Tawahir Al-Qur’an
Ø
Kelompok ilmu tasawuf
dan akhlak secara integral bahasannya ilmu kalam, fiqih dan tasawuf antara
lain:
1) Ihya’ ‘Ulum Ad-Din
2) Mizan Al Amanah
3) Kimya As Sa’adah
4) Misykat Al Anwar
5) Muh As Syafat Al-Qulub
6) Minhaj Al Abiding
7) Ad Dar Fiqhiratfi
Kasyf’ulum
8) Al Aini Fi Al Wahdat
9) Al Qurbat Illa Alah
Azza Wajalla
10) Akhlak Al Abrarwa Najat Min Al Asrar, dll
c.
Filsafat Al Ghazali
Ilmu ini membahas
tentang dzat Allah, siat-sifatnya yang eternal (al qadimah), yang aktif kreatif
(al’fi’liyyah) yang esensial, dengan nama-nama yang sudah dikenal, juga
membahas, keadaan para Nabi, para pemimpin umat sesudahnya dan para shabat.
Beliau begitu pula membahas tentang keadaan mati dan hidup. Keadaan di
bangkitkan dari kubut (al ba’ats), berkumpul di mahsyar, perhitungan amal dan
melihat tuhan.
Al ghazali dalam
kitabnya ihya’ ‘ulum ad0din menyesalkan adanya pergeseran istilah “tauhid” pada
“kalam” tauhid yang berarti mengesakan Allah merupakan isti akidah islam yang
dibawa nabi Muhammad SAW, sedangkan kalam yang beratti perkataan, hanya
merupakan cara yang digunakan dalam membahas masalah-masalah aqidah.
Menurut al ghazali
pengertian tauhid pada masa salaf yang terfokus pada kalimat. “La Ilaha Illa
Allah” (tidak ada Tuhan selain Allah), ditanggapi dan dihayati bervariasi oleh
umat waktu itu. Ada orang munafik yang bertauhid itu dihatinya dan
mengucapkannya dengan sadar.
6.
IBNU SINA
a.
Profil Dan Latar Belakang Ibnu Sina
Ibnu Sina dilahirkan
dalam masa kekacauan, ketika kalifah abbasyiyah mengalami kemunduran dan
negeri-negeri yang mula-mula berada di bawah kekuasaan khalifat tersebut mulai
melepaskan diri satu per satu untuk berdiri sendiri. Ibnu Sina dilahirkan di
Afsyana, daerah Bukhara pada tahun 340 H (980 M) di Bukhoro, ia menghafal
Al-Qur’an dan belajar ilmu-ilmu agama serta ilmu-ilmu astronomi katika usianya
baru 10 tahun, kemudian mempelajari ilmu kedokteran pada Isa bin Yahya seorang
Masehi. Hidup beliau sepenuhi dengan kesibukan, seperti bekerja di
pemerintahan, mengarang, menulis, dll.
b.
Karya-Karyanya Ibnu Sina
a.
Asy-syifa terdiri dari
logika fisika, matematika dan metafisika (ketuhanan)
b.
An najat
c.
Al-isyarat
wat-tanbihat
d.
Al-hikmah
al-masyriqiyyah mengenai tasawuf tetapi menurut carlos nallino, berisi filsafat
timur sebagai imbangan filsafat barat
e.
Al-qonun
c.
Filsafat Ibnu Sina
Ibnu Sina seperti
halnya al Farabi, mengambil teori tersebut dari Aristoteles, dengan mengatakan
bahwa benda alam terdiri darinya (maddah) sebagai tempat dan dari shurat
sebagai perkara yang bertempat padanya. Pertalian benda shurah sama dengan
pertalian perunggu dengan patuh, jadi benda alam mempunyai tambahan (perkara
yang mengikutinya) yaitu aradh (sifat-sifat) seperti gerak, diam dan lain-lain.
Perbedaan shurah
dengan aradh ialah kalau aradh terdapat sesudah ada benda, sedangkan shurah
terdapat sebelum benda,
Gerak dan diam menurut
Ibnu Sina “tiap-tiap gerak terdapat perkara yang bisa bertambah atau berkurang.
Sedangkan Jauhar (benda kecil/atom) tidak demikian keadaannya (tidak mengenal
gerak). Dengan demikian perpindahan dari satu tempat ke tempat lain adalah
gerak, begitu pula perpindahan dari putih ke hitam (dalam bahasa arab disebut
istihalah) dan bertambah atau berkurangnya sesuatu bentik dikarakan juga gerak[4]
7.
IBNU RUSYD (520 – 595 H / 1126 – 1198 M)
a.
Profil Dan Latar Belakang Ibnu Rusyd
Ia adalah abdul walid
Muhammad bin ahmad ibn Rusyd, kelahiran Cordova pada tahun 520 H, berasal dari
kalangan keluarga besar yang terkenal di Andalusia (Spanyol), ayahnya seorang
hakim, dan neneknya terkenal dengan sebutan “Ibn Rusyd nenek” (aljadd) kepala
hakim Cordova.
b.
Karya-Karya Ibnu Rusyd
Karangannya meliputi
berbagai macam ilmu seperti fiqih usul, bahasa, kedokterean, astronomi,
politik, filsafat, dan buku-bukunya :
a.
Bidyatul mujtahidin
(ilmu fiqih) yaitu berisi perbandingan madzhab
b.
Fashlul-maqalfi ma
baina al hikmati was-syariat min al-ittisal (ilmu kalam)
c.
Manahij al-adillah fi
aqaid ahl-al millah (ilmu kalam)
d.
Tashafur at-thohatut
(filsafat dan ilmu kalam
c.
Filsafat Ibnu Rusyd
Ibnu Rusyd menerangkan
dalil-dalil wujud tuhan menurut syara yang meyakinkan yaitu dalil ‘inayah (pemelihara)
dan dalil ihtira’ (penciptaan), yang kedia-duanya terdapat dalam al-Qur’an,
menurut beliau Al-Qur’an bisa dibagi menjadi 3 golongan, Pertama, ayat berisi peringatan terhadap dalil
‘inayah. Kedua, ayat-ayat yang berisi peringatan terhadap dalil ikhtira’. Ketiga, ayat-ayat yang berisi peringatan kedua dalil
tersebut bersama.
Dalil inayah apabila
ala mini kita perhatikan kita akan mengetahui apa yang ada di dalamnya sesuai
dengan kehidupan dan makhluk-makhluk lainnya. Persesuaian ini bukan terjadi
secara kebetulan. Tetapi menunjukkan adanya penciptaan yang rapi dan teratur,
yang didasarkan atas ilmu dan kebijakan, sebagaimana yang ditunjukan oleh ilmu
pengetahuan modern.
Dalil iktira’, seperti
halnya dengan dalil ‘inayah mendorong kita untuk mengikuti keilmuan sejauh
mungkin. Dalil tersebut lebih berguna pada dalil atom / dalil wajib-mumkin dan
lain-lain. Kelebihan dalil ikhtira’, ialah karena ia dipakai oleh syara’ dan
menguatkan adanya kebijakan Tuhan. Banyak ayat yang berisi dalil ikhtira’ tersebut.
Diantaranya ayat 5-6, surat At Thariq.
Dalil gerak yang
diambil dari Arsitoteles bahwa alam semesta ini bergerak dengan sesuatu gerakan
yang abadi dan gerakan ini mengandung adanya penggerak pertama yang tidak
bergerak dan tidak berbenda yaitu Tuhan, tetapi juga Ibnu Rusyd mengatakan
bahwa benda-benda langit beserta gerakannya dijadikan oleh tuhan dari tiada dan
bukan dalam zaman, karena zaman tidak mungkin mendahului wujud cara yang
bergerak, selama zaman itu kita anggap sebagai ukuran geraknya. Jadi, gerakan
menghendaki adanya penggerak pertama / sesuatu sebab yang mengeluarkan dari
tiada menjadi wujud (A. Hanafi; 1991 : 172)
8.
AL-RAZI
a.
Profil Dan Biografi Al Razi
Nama lengkap al-razi
adalah Abu Bakar Muhammad ibnu Zakaria ibnu Yahya Al-Razi. Dalam wacana
keilmuan barat, beliau dikenal dengan sebutan Razhes. Ia dilahirkan di Rayy,
sebuah kota tua yang masa lalu bernama Rhoges, dekat Teheran, Republik Islam
Iran pada tanggal 1 Sya’ban 251 H/865 M. Perlu diingat bahwasanya tempat yang
ia tinggali yakni Iran ,yang sebelumnya terkenal dengan sebutan Persia,
merupakan tempat dimana terjadinya pertemuan berbagai kebudayaan terutama
kebudayaan Yunani dan Persia. Dengan suasana seperti lingkungan seperti ini
mendorong bakat Al-Razi tampil sebagai seorang intelektual.
b.
Karya-Karya Al Razi
Tak heran jika
karya-karyanya sangat banyak sekali bahkan dia menuliskan pada salah satu
kitabnya, bahwasanya dia menulis tidak kurang sari 200 karya tulis dalam
berbagai ilmu pengetahuan. Karya-karyanya yang meliputi:[5]
1.
Ilmu Falak,
2.
Matematika,
3.
Bidang kimia, yang
terkenal dengan Kitab As-rar
4.
Bidang kedoteran, yang
terkenal dengan al-mansuri Liber al-Almansoris
5.
Bidang Medis, yang
terkenal dengan kitab Al-Hawi,
6.
Mengenai penyakit
cacar dan pencegahannya, yakni Kitab al-Judar wa al-Hasbah
Sebagian dari karyanya
telah dikumpulkan menjadi satu kitab yang bernama al-Rasa’il Falsafiyyat dan buku-buku yang lainnya
seperti Thib al-Ruhani, al-Sirah al-Falsafah dan lain
sebagainya. Dia terkenal sebagai ahli kimia dan ahli kedokteran dibanding
dengan sebagai filosof.
c. Filsafat Al Razi
Lima Kekal ( Al-Qadiim )
5 hal
yang kekal itu antara lain;
Ø Al-Baary Ta’ala (Allah Ta’ala),
Ø Al-Nafs Al-Kulliyyat (jiwa universal),
Ø Al-Hayuula al-Uula (materi pertama),
Ø al-Makaan al-Muthlaq (tampat/ruang absolut),
Ø al-Zamaan al-Muthlaq (masa absolut).
Dan dia juga mengklasifikasinya pada yang
hidup dan aktif. Yang hidup dan aktif itu Allah dan jiwa, yang tidak hidup dan pasif itu materi, yang tidak hidup, tidak aktif, dan tidak pula pasif itu
ruang dan waktu.
Al-Baary
Ta’ala (Allah Ta’ala), menurutnya Allah itu kekal karena
Dia-lah yang menciptakan alam ini dari bahan yang telah ada dan tidak mungkin
dia menciptakan alam ini dari ketiadaan (creatio ex nihilo).
Al-Nafs Al-Kulliyyat (jiwa universal), menurutnya jiwa merupakan sesuatu yang kekal selain
Allah, akan tetapi kekekalannya tidak sama dengan kekekalan Allah.
Al-Hayuula
al-Uula (materi pertama), disebut juga materi mutlak yang tidak
lain adalah atom-atom yang tidak bisa dibagi lagi, dan menurutnya mengenai
materi pertama, bahwasanya ia juga kekal karena diciptakan oleh Pencipta yang
kekal.
Sebelumnya
dia berpendat bahwa materi bersifat kekal dank arena materi ini menempati
ruang, maka
Al-Makaan al-Muthlaq (tampat/ruang absolute) juga kekal. Ruang dalam pandangannya dibedakan menjadi
dua kategori, yakni ruang pertikular yang terbatas dab terikat dengan sesuatu
wujud yang menempatinya, dan ruang universal yang tidak terikat dengan
maujud dan tidak terbatas.
Al-Zamaan al-Muthlaq (masa absolut) pada dua kategori yakni;
§ waktu yang absolut/mutlak yang bersifat
qadiim dan substansi yang bergerak atau yang mengalir (jauhar yajri),
§ pembagian yang kedua yaitu waktu mahsur. Waktu
mahsur adalah waktu yang berlandaskan pada pergerakan planet-planet, perjalanan
bintang-bintang, dan mentari. Waktu yang kedua ini tidak kekal. Menurutnya,
bahwasanya waktu yang kekal sudah ada terlebih dahulu sebelum adanya waktu yang
terbatas.
9.
IBNU MISKAWAIH
a.
Profil Dan Latar Belakang Ibnu Maskawaih
Nama
lengkap Ibnu Miskawaih adalah Abu Ali Ahmad ibnu Muhammad ibnu Ya’kub ibnu
Miskawaih. Ia dilahirkan di kota Rayy, Iran pada tahun 330 H/ 941 M dan wafat
di asfahan pada tanggal 9 Shafar 421 H/ 16 Februari 1030 M. Tidak ada
penjelasan yang sangat rinci mengungkapkan biograpinya. Namun, ada beberapa hal
yang perlu dijelaskan, bahwa ibnu miskawaih belajar sejarah terutama Taarikh al-Thabari kepada Abu Bakar Ibnu Kamil
Al-Qadhi dan belajar filsafat kepada Ibnu Al-Khammar, mufasir kenamaan karya-karya
aristoteles.
Ibnu
Miskawaih adalah seorang penganut syi’ah. Hal ini didasarkan pada pengabdiannya
kepada sultan dan wazir-wazir syi’ah pada masa pemerintahan Bani Buwaihi ( 320
– 448 M ). Dan ketika sultan Ahmad ‘Adhud Al-Daulah menjabat sebagai kepala
pemerintahan, ibnu Miskawaih menduduki jabatan yang penting, seperti
pengangkatannya sebagaiKhazin, penjaga
perpustakaan Negara dan bendarahara negara.
b.
Karya-karya ibnu maskawaih
Dalam
karyanya dalam disiplin ilmu meliputi kedokteran, sejarah dan filsafat. Akan
tetapi, dia lebih terkenal sebagai seorang filosof akhlak, ( al-falsafat al-‘amaliyat ) ketimbang dengan seorang
filosof ketuhanan ( al-falsafat al-nazhariyyat al-Illahiyat ).
Dalam
buku The History of the Muslim Philoshopy disebutkan bahwa karya
tulisannya itu;[6]
§ Al-Fauz al-Akbar, al-Fauz al-Asghar, Tajaarib
al-Umaan ( sebuah sejarah tentang banjir besar yang ditulis pada tahun 369
H/ 979 M),
§ Uns
al-Fariid ( yakni koleksi anekdot, syair, peribahasa, dan kata-kata hikmah ),
§ Tartiib
al-Sa’adat ( isinya ahlak dan politik ),
§ al-Mustaufa ( isinya syair-syair pilihan ),
§ al-Jaami’,
al-Siyaab, On the Simple Drugs ( tentang kedokteran ),
§ On the
composition of the Bajats ( tentang kedokteran ),
§ Kitaab
al-Ashribah ( tentang minuman ),
§ Tahziib
al-Akhlak ( tentang akhlak ),
§ Risaalat fi al-Lazza wa al-Aalam fil jauhar
al-Nafs, ajwibaat wa As’ilat fi al-Nafs wa al-‘Aql, Al-Jawaab fi Al-Masaa’il
al-Salas, Risaalat fi Jawaab fi Su’al Ali ibnu Muhammad Abuu Hayyan al-Shufii
fi HAqiiqat al-‘Aql, dan Tharathat al-Nafs.
c.
Filsafat Ibnu Maskawaih
Ibnu miskawaih yang terkenal sebagai
seorang yang moralis berpendapat bahwa akhlak adalah suatu sikap atau
keadaan jiwa yang mendorongnya untuk berbuat tanpa berpikir dan sama sekali
tidak ada pertimbangan. Dengan kata lain, ahklak adalah tindakan yang tidak ada
sama sekali pertentangan dalam dirinya untuk melakukan sesuatu. Menurut kami,
ungkapan beliau mengenai hal ini sama dengan perkataan plato yang mengatakan
bahwasanya cinta adalah gerak jiwa yang kosong.
Ibnu Miskawaih juga membagi tingkah laku
pada dua unsur yakni; unsur watak naluriah dan unsur watak kebiasaan dengan
melakukan latihan ( riyadhoh ).
Serta dia berpandangan bahwa jiwa mempunyai tiga daya yang mana apabila ketigak
daya ini beserta sifat-sifatnya selaras, maka akan menimbulkan sifat yang
keempat yakni adil.
[1] [Sayyid Qutub, Khasha'ish
At-Tashawwur Al-Islam, hal. 19]
[2] (Al Hanafi, 1991 : 83)
[3] (Moh fauzan, 2002 : 30)
[5] Muhammad
Yusuf Musa, falsafat al-Ahklaq fi al-Islam, kairo:
Dar al-A’raf, 1945
[6] Prof. Dr.
H. Sirajuddin Zar, M.A., filsafat islam, filosof dan filsafatnya, jakarta: rajawali pers,
2004